Puisi yang Ditulis Penemu Virus Corona asal China Sebelum Tutup Usia, Kalimat Terakhirnya Jadi Viral

Tidak kurang dari 190 negara di dunia yang melaporkan terjadinya wabah virus corona atau Covid-19.
Di Indonesia sendiri, kasus pertama virus corona dilaporkan terjadi pada awal Maret 2020 lalu.
Tidak sampai satu bulan sejak dilaporkan, kasus virus corona di Indonesia telah dilaporkan mencapai ratusan.
Melansir Kompas.com, hingga Kamis (26/3/2020) sore, terdapat 893 kasus virus corona yang telah dikonfirmasi Pemerintah Indonesia.
Nama Li Wenliang belakangan mendapat perhatian seiring dengan mewabahnya virus corona dari China.
Li Wenliang disebut-sebut sebagai sosok pertama kali menyadari adanya infeksi virus corona.
Di China, Li Wenliang merupakan seorang dokter.
Namun, dokter Li Wenliang meninggal dunia karena mengidap virus corona.
Sebelum meninggal, dokter Li Wenliang mengunggah sebuah puisi di detik-detik terakhirnya.
Puisi Dokter Li Wenliang diunggah akun Facebook Dencio Acop pada 9 Februari 2020.
Melihat unggahannya, Dencio Acop tampaknya seorang misionaris asal Filipina.
Puisi yang diposting oleh Dencio Acop ini kemudian berpuluh ribu dibagikan dan dikomentari hampir 5 ribu lebih.
Kendati ada larangan memposting kisa tentang dokter Li, banyak bermunculan kisah perjuangannya termasuk unggahan akun Dencio Acop.
Dencio Acop mengklaim Dokter Li Wenliang adalah seorang Nasrani.
Li Wenliang telah berjuang hingga akhir ajal menjemputnya dengan melayani pasien yang terkena virus corona tanpa peduli keselamatannya sendiri.
Dokter Li Wenliang dalam puisinya disebut mengutip ayat Alkitab yakni 2 Timotius 4:7-8 yang bunyinya:
"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik , aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya,". versi terjemahan baru
Berikut Unggahan akun Facebook Dencio Acop:
Di seluruh Tiongkok, orang-orang berbicara tentang Dr Li Wen Liang.
Dia adalah dokter yang menemukan coronavirus dan pada dini hari tanggal 7 Feb, 2:58 AM. Dia dipromosikan menjadi kemuliaan dan pulang untuk bersama Bapa kami di surga.
Kembali pada Desember tahun lalu, ia ditangkap karena menjadi peniup peluit 'menyebarkan rumor' tentang pneumonia misterius seperti virus. Pagi ini kami mengetahui bahwa dia sebenarnya adalah saudara sesama dalam Kristus.
Hati kita tergerak dalam oleh pilihan pengorbanannya untuk menyebarkan kesadaran tentang virus meskipun risiko yang dihadapinya, terutama untuk reputasinya dan kesehatannya sendiri.
Dia terus merawat pasien sampai dia terinfeksi sendiri. Betapa warisan untuk meninggalkan apa artinya menjadi seperti Yesus bagi orang-orang yang terluka di saat krisis.
Berikut adalah puisi Tiongkok yang menyentuh hati yang ditulis dalam ingatan Mr Li Wenliang, seorang dokter Kristen dan whistleblower yang meninggal akibat koronavirus sendiri setelah dihukum karena mengeluarkan peringatan pertama tentang wabah koronavirus mematikan.
Aku tidak ingin menjadi pahlawan.
Aku masih punya orang tua,
Dan anak-anak,
Dan istri hamil,
Masih banyak pasien di bangsal.
Meskipun integritas tidak dapat mengubah kebaikan,
Meskipun tersesat,
Tapi tetap harus berlanjut,
Siapa yang membuat saya memilih negara ini,
Berapa banyak keluhan,
Menunggu pertarungan,
Menangis seperti hujan mendongak ke langit.
" Aku tidak ingin menjadi pahlawan.
Saya masih memiliki orang tua saya,
Dan anak-anakku,
Dan istriku yang hamil yang akan melahirkan,
Dan banyak pasien saya di bangsal.
Meskipun integritas saya tidak bisa ditukar dengan kebaikan orang lain,
Meskipun kehilangan dan kebingungan saya,
Lagipula aku harus melanjutkan.
Siapa yang membiarkan saya memilih negara ini dan keluarga ini?
Berapa banyak keluhan yang saya miliki?
Ketika pertempuran ini berakhir,
Aku akan melihat ke langit,
Dengan air mata seperti hujan."
Aku tidak ingin menjadi pahlawan.
Hanya menjadi dokter,
Aku tidak bisa melihat virus yang tidak diketahui ini,
Menyakiti rekan-rekan saya.
Dan orang-orang yang tidak bersalah itu,
Mereka sekarat meskipun sudah mati,
Tapi selalu memandangku sebelah mata,
Dengan harapan hidup.
" Aku tidak ingin menjadi pahlawan.
Tapi sebagai dokter,
Saya tidak bisa melihat virus yang tidak diketahui ini
Menyakiti rekan-rekan saya
Dan begitu banyak orang yang tidak bersalah.
Meskipun mereka sekarat,
Mereka selalu memandangku sebelah mata mereka,
Dengan harapan hidup mereka."
Siapa yang mengira aku sekarat!
Jiwaku ada di langit,
Melihat tempat tidur rumah sakit putih itu,
Tempat tidur jelas tubuhku,
Masih wajah yang familiar di tubuh.
Di mana ayah dan ibuku?
Dan istriku tersayang,
Gadis yang sedang saya perjuangkan.
" Siapa yang akan menyadari bahwa aku akan mati?
Jiwaku ada di surga,
Melihat tempat tidur putih,
Yang terletak pada tubuhku sendiri,
Dengan wajah akrab yang sama.
Di mana orang tuaku?
Dan istriku tersayang,
Wanita yang pernah sulit saya kejar?"
Xi Jinping memberikan semangat kepada warga Beijing untuk melawan virus Corona
Xi Jinping memberikan semangat kepada warga Beijing untuk melawan virus Corona (Reuters/CCTV via YouTube South China Morning Post)
Ada cahaya di langit!
Akhir dari cahaya itu adalah surga yang sering dibicarakan orang-orang.
Aku lebih baik tidak pergi ke mana pun,
Aku lebih baik pulang ke wuhan kampung halamanku.
Ada rumah saya yang baru dibeli,
Tagihan bulanan untuk membayar kembali.
Bagaimana aku bisa menyerah,
Bagaimana aku bisa menyerah!
Orang tua tanpa anak laki-laki,
Betapa sedihnya seharusnya;
Tanpa bayi suami saya,
Bagaimana menghadapi korban masa depan ini.
" Ada cahaya di langit!
Pada akhir cahaya itu adalah surga yang sering dibicarakan orang-orang.
Tapi aku lebih baik tidak pergi ke sana.
Aku lebih baik pulang ke kampung halamanku di Wuhan.
Saya memiliki rumah baru saya di sana,
Yang mana saya masih harus melunasi pinjaman setiap bulan.
Bagaimana aku bisa menyerah?
Bagaimana aku bisa menyerah?
Untuk orang tuaku tanpa anaknya,
Betapa sedihnya?
Untuk kekasihku tanpa suaminya,
Bagaimana dia bisa menghadapi vicissitudes di masa depannya?"
Aku jelas mati.
Aku melihat mereka meletakkan tubuhku,
Masukkan ke dalam tas.
Di dekat tas
Ada banyak rekan yang mati,
Seperti saya,
Saat fajar,
Aula kompor yang didorong ke dalam api.
" Aku sudah pergi.
Saya melihat mereka mengambil tubuh saya,
Masukkan ke dalam tas,
Dengan kebohongan mana banyak rekan-rekan
Pergi seperti saya,
Di dorong ke dalam api di hati
Saat fajar."
Selamat tinggal, orang-orang yang sulit dicintai.
Selamat jalan, wuhan kota kelahiranku.
Ingat seseorang sekali,
Berusaha keras untuk memberi tahu kebenarannya secepat mungkin.
Semoga Anda setelah bencana,
Belajarlah untuk menjadi orang yang benar,
Tidak ada lagi membiarkan orang-orang yang baik hati,
Menderita ketakutan yang tak berujung,
Dan kesedihan yang tak berdaya.
" Selamat tinggal, orang-orang tersayang.
Selamat jalan, Wuhan, kota kelahiranku.
Semoga, setelah bencana,
Anda akan mengingat seseorang sekali
Mencoba memberi tahu Anda kebenaran secepat mungkin.
Semoga, setelah bencana,
Anda akan belajar apa artinya menjadi orang benar.
Tidak ada lebih banyak orang baik
Harus menderita ketakutan yang tak berujung,
Dan kesedihan yang tak berdaya."
" Saya telah menyelesaikan pertempuran yang indah itu,
Aku telah melakukan jalan untuk pergi,
Aku memegang jalan ketika aku dijaga.
Mulai sekarang,
Aku memiliki mahkota kebenaran."
Alkitab Timotius 4.7
" Saya telah berjuang dengan baik.
Saya telah menyelesaikan perlombaan.
Saya telah menjaga iman.
Sekarang ada di toko untukku mahkota kebenaran."
2 Timotius 4:7, Alkitab Suci
Teks yang diteruskan...
Demikian unggahan Dencio Acop soal Dokter Li Wenliang yang langsung viral di media sosial.
Lin Wenliang menjadi dokter yang mendapatkan perhatian dari seluruh dunia.
Diketahui, Dokter Li Wenliang adalah dokter pertama kali menemukan wabah virus corona.
Dia sudah memperingatkan masyarakat dan Pemerintah China akan bahayanya setelah menemukan adanya virus corona jenis baru pada Desember 2019.
Li tengah menangani pasien yang menderita glaukoma di mana pasien tersebut juga membawa endemik virus corona.
Hal tersebut tidak disadari oleh Li hingga akhirnya timbul gejala virus corona pada dirinya.
ILUSTRASI Penyebaran virus Corona.
ILUSTRASI Penyebaran virus Corona. (SHUTTERSTOCK via Kompas.com)
Li melakukan sejumlah tes dan pemeriksaan dan hasilnya negatif, namun dalam pemeriksaan terbaru disebutkan bahwa ia positif terkena virus corona.
Li meninggal dunia setelah menceritakan kisahnya di atas tempat tidur di Rumah Sakit Pusat Wuhan.
Sosok yang dulu sempat dianggap menebar teror kini berbalik menjadi pahlawan yang tak didengar pemerintah saran-saran dan peringatan dininya.
Dr Li malah dipanggil polisi dan disuruh menandatangani surat yang menuduhnya "membuat komentar palsu" dan menyebarkan desas-desus, selang beberapa hari kemudian.
Dia mengunggah surat intimidasi polisi itu di jejaring sosial Weibo, akhir Januari.
Bunyi intimidasi polisi itu adalah ............
"Ini peringatan keras buat Anda: Bila tetap ngotot dengan kekurangajaran seperti itu dan terus melakukan tindakan ilegal ini, Anda akan dibawa ke pengadilan. Mengerti?" demikian warning intimidasi surat polisi tersebut.
Di bawah tekanan, Dr Li menambahkan tulisan tangan yang menyatakan, "Ya, paham".
Li Wenliang dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (7/2/2020) setelah terinfeksi virus saat merawat pasien di Wuhan.
Artikel ini telah tayang di Tribunmadura.com dengan judul Puisi yang Ditulis Penemu Virus Corona asal China Sebelum Tutup Usia, Kalimat Terakhirnya Jadi Viral,
Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Belum ada Komentar untuk "Puisi yang Ditulis Penemu Virus Corona asal China Sebelum Tutup Usia, Kalimat Terakhirnya Jadi Viral "
Posting Komentar